Sunday, August 11, 2019


UPDATES : HOT ECONOMY DISCUSSION

Toto Pranoto: BUMN Harus Sejalan antara Public Service Obligation (PSO) dan Bisnis
 
I
Depok - FEB UI . BUMN merupakan salah satu peran strategis perekonomian di Indonesia. Tahun ini, banyak sekali perusahaan ber plat merah yang menjadi perhatian publik. Salah satunya, PT PLN Persero yang masih hangat diperbincangkan. Perusahaan BUMN tersebut menyiapkan dana sebesar lebih dari Rp800 miliar sebagai ganti rugi atas padamnya aliran listrik di separuh Pulau Jawa pada 4–5 Agustus 2019 dan bisa diperkirakan menjadi beban keuangan bagi perseroan.
Merujuk pada undang-undang BUMN No. 19 tahun 2003 disebutkan bahwa tugas BUMN tidak serta merta motifnya hanya komersial, namun juga bisa mendapatkan tugas dari pemerintah yang sifatnya melayani kepentingan umum atau Public Service Obligation (PSO).
“Maka, sering terjadi semacam konflik, karena di satu sisi, BUMN harus mencari keuntungan dan di sisi lain harus melayani kepentingan publik. Tentu, yang menjadi idealnya ialah BUMN bisa melayani dua sisi tersebut dengan baik,” ucap Toto Pranoto selaku Kepala Lembaga Manajemen FEB UI dan narasumber dalam acara Hot Economy “BUMN antara PSO dan Bisnis” di BeritaSatu TV, Rabu (7/8/2019).
Dalam beberapa hal sudah diatur mengenai penugasan PSO secara finansial. Apabila BUMN tidak cukup kuat menanggung beban PSO tersebut, maka semestinya pemerintah harus menanggung beban subsidi nya. Hal ini, harus jelas terhadap kontrak antara BUMN dengan pemerintah, sehingga hak & kewajiban masing-masing pihak sangatlah jelas.
Salah satu kunci penting agar BUMN kita bisa bersaing lebih baik lagi, maka kita harus memiliki talenta SDM dengan kualifikasi sangat bagus. Untuk itu, pemilihan kandidat pemimpin BUMN harus diperhatikan kualitasnya. “Mulai dari segi visionary leadership, strategic orientation, dan kemampuan untuk innovation and creativity. Agar pemimpin BUMN yang terpilih nantinya memiliki visi yang kuat dan kemampuan jangkauan berpikir lebih strategis serta bisa menghadapi perubahan dinamika-dinamika bisnis yang ada,” ujarnya.
“Langkah strategis yang harus diambil BUMN untuk menghasilkan deviden bagi negara, di antaranya, Indonesia bisa belajar dari sistem khazanah yang diterapkan oleh Malaysia dan perlu ada suatu pemilahan lebih jelas agar dapat bersaing di level regional maupun internasional serta pemerintah mempercepat proses holding BUMN untuk bisa menjadi solusi perbaikan tata kelola,” tutupnya. (Des)

Wednesday, April 17, 2019



Senin, 15 Apr 2019 16:58 WIB

RI Mau Bikin Super Holding, Butuh Waktu Berapa Lama?


Jakarta - Pemerintah berniat membentuk super holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Harapannya, perusahaan pelat merah bisa sebesar Temasek Holdings (Singapura) dan Khazanah Nasional Berhad (Malaysia).

Lantas, butuh berapa lama untuk membentuk super holding ini?

Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LMFEB UI) Toto Pranoto menerangkan, berkaca dari pengalaman pembentukan holding BUMN yang berjalan, sebenarnya pembentukan super holding tak butuh waktu lama. Asal, itu didukung oleh kemauan politik.
Foto: Grandyos Zafna


Paling tidak, katanya, super holding bisa terbentuk di tahun keempat dari sekarang.
"Saya optimis tahun keempat dari posisi sekarang mestinya keinginan pemerintah sudah bisa jalan," katanya kepada detikFinance, Senin (15/4/2019).

Dia menerangkan, dalam pembentukan super holding sendiri ada sejumlah tahapan yang mesti dilalui. Sebutnya, pemerintah mesti segera merampungkan holding sektoral. Saat ini pemerintah memiliki beberapa holding sektoral antara lain semen, pupuk, tambang, dan migas.

"Kalau ada sisanya 5 lagi, kalau kajiannya dibuat cukup baik, bisa diholdingkan 1-2 tahun lagi holding itu bisa terbentuk. Katakan 1-2 tahun, kelengkapan bisa selesaikan sampai sektoral holding selesai misal 10 sektoral holding," tambahnya.

Tahap selanjutnya ialah sinkronisasi holding sektoral. Melalui sinkronisasi ini, nantinya masing-masing induk sektoral tidak lagi bekerja sebagai operator namun sebagai strategic holding. Level operasi diserahkan ke anak usaha. Menurutnya, itu membutuhkan waktu 2 hingga 3 tahun.


https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4511514/ri-mau-bikin-super-holding-butuh-waktu-berapa-lama?utm_source=facebook&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&utm_content=finance

Pembentukan Super Holding BUMN 
Terganjal Pergantian Menteri

tirto.id - Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto menilai, pembentukan super holding perusahaan negara terganjal dengan sistem birokrasi melalui pergantian menteri. Menurut dia, rencana super holding BUMN telah ada sejak 1998. Salah satu rencana yang dibahas saat itu yakni Kementerian BUMN akan dibubarkan 10 tahun kemudian, lalu dibentuk super holding. "Karena kan ini rezimnya ini selalu berganti. Menteri BUMN udah ganti berapa kali coba. Ini baru Bu Rini aja nih empat tahun selesai. Tanpa diganti di tengah jalan yang sebelum sebelumnya kan diganti, setengah jalan," kata dia ditemui reporter Tirto, di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Selasa, (16/04/2019).



Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Pembentukan Super Holding BUMN Terganjal Pergantian Menteri", https://tirto.id/pembentukan-super-holding-bumn-terganjal-pergantian-menteri-dmgA?source=Whatsapp&medium=Share


https://tirto.id/pembentukan-super-holding-bumn-terganjal-pergantian-menteri-dmgA?source=Whatsapp&medium=Share




Super Holding BUMN diperkirakan akan meniru model Temasek di Singapura dan Khazanah Nasional Berhad di Malaysia.

Istilah "Super Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN)" menjadi populer setelah calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) menyebutnya dalam Debat Pilpres 2019 putaran kelima, Sabtu (13/4) malam. Super Holding BUMN diperkirakan akan meniru model Temasek di Singapura dan Khazanah Nasional Berhad di Malaysia. 

Pada debat tersebut, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 Sandiaga Uno mempertanyakan tentang rencana Jokowi membentuk holding BUMN. Ia mengaku mendapat masukan dari Serikat Pekerja yang mengkhawatirkan pembentukan holding BUMN justru berdampak buruk pada kinerja BUMN.

Managing Director Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Toto Pranoto menyebutkan, studi awal mengenai perlunya pengelompokan BUMN telah dilakukan lembaga konsultan McKinsey & Company di masa pemerintahan Presiden RI Ketiga BJ Habibie. Namun, hingga pemerintahan berganti gagasan ini tak kunjung direalisasikan.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Super Holding BUMN Mengikuti Jejak Temasek dan Khazanah" , https://katadata.co.id/berita/2019/04/16/super-holding-bumn-mengikuti-jejak-temasek-dan-khazanah

https://katadata.co.id/berita/2019/04/16/super-holding-bumn-mengikuti-jejak-temasek-dan-khazanah


Saturday, March 16, 2019


13 Maret 2019

SEMINAR BUMN MENGHADAPAI TAHUN POLITIK 2019

Bisnis.com, JAKARTA - Performa 20 badan usaha milik negara (BUMN) yang telah menjadi perusahaan terbuka disebut sudah mampu menyaingi BUMN di negara tetangga seperti di Malaysia dan Singapura.
"Performa 20 BUMN 'listed' (Tbk) mampu menopang pertumbuhan 'revenue' (pendapatan) dan total aset yang cukup bersaing dibandingkan BUMN di Malaysia dan Singapura," kata Managing Director Lembaga Management (LM) FEB UI Toto Pranoto dalam seminar bertajuk "Prospek BUMN di Tahun Politik" di Jakarta, Rabu (13/3).

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190313110203-532-376825/riset-ui-sebut-bumn-ri-lebih-oke-dari-malaysia-pada-2018?utm_source=twitter&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cmssocmed

https://market.bisnis.com/read/20190313/192/899081/lmfebui-kinerja-bumn-2018-diklaim-ungguli-khazanah-malaysia

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190313115005-4-60345/dahsyat-bumn-ri-akhirnya-bisa-ungguli-bumn-malaysia




11 Maret 2019

How are SOEs performing under Jokowi ?

Commenting on the performance of SOEs under the four years of Jokowi’s tenure, an SOE expert from the University of Indonesia, Toto Pranoto, said the establishment of holding companies has proven to be effective.
“In some parts, the holding company has shown a positive trend, but there’s still room for improvement. Cement and fertilizer holdings have gone well, but the plantation holding company still lacks improvement,” he said.
https://www.thejakartapost.com/news/2019/03/11/how-are-soes-performing-under-jokowi.html